Sabtu, 27 November 2010

Aspek sosial budaya kesehatan dalam pelayanan kebidanan

Nilai - Nilai Filosofi dalam Pembangunan


      Pembangunan nasional pada dasarnya memiliki arti penting dan strategis dalam kehidupan bangsa Indonesia. Disebabkan karena pembangunan hukum nasional merupakan upaya untuk mewujudkan cita-cita nasional sebagaimana yang disyaratkan pada pembukaan UUD 1945, yaitu melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk mewujudkan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. 
      
      Pembangunan hukum yang dilandasi oleh nilai dasar atau nilai ideologis, nilai historis, nilai yuridis serta nilai filosofinya akan memberikan dampak positif bagi masyarakat untuk dapat menikmati rasa keadilan, kepastian manfaat hukum yang pada akhirnya akan bermuara pada pembentukan sikap dan kesadaran masyarakat terhadap hukum.
    
      Bagi masyarakat yang sedang membangun sebagaimana halnya masyarakat Indonesia, membangun termasuk di dalamnya membangun hukum tidak saja berarti kontrol dalam kehidupan masyarakat, akan tetapi hukum yang dibangun harus juga berfungsi sebagai sarana untuk memelihara dan sekaligus untuk mengembangkan potensi pembangunan nasional secara lebih luas.

      Pentingnya hukum dibangun agar hukum dapat menjadi sarana pembangunan dan pembaharuan masyarakat yang kita harapkan. Hukum juga dapat berperan sebagai objek pembangunan dalam rangka mewujudkan hukum yang ideal sesuai dengan nilai-nilai hidup di masyarakat.
    
     Dalam hal mengintegrasikan dimensi kependudukan dalam perencanaan pembangunan (baik nasional maupun daerah) maka manfaat paling mendasar yang diperoleh adalah besarnya harapan bahwa penduduk yang ada didaerah tersebut menjadi pelaku pembangunan dan penikmat hasil pembangunan. Itu berarti pembangunan berwawasan kependudukan lebih berdampak besar pada peningkatan kesejahteraan penduduk secara keseluruhan dibanding dengan orientasi pembangunan ekonomi yang berorientasi pada pertumbuhan (growth).
   
     Pembangunan berwawasan kependudukan ada suatu jaminan akan berlangsung proses pembangunan itu sendiri. Pembangunan berwawasan kependudukan menekankan pada pembangunan lokal, perencanaan berasal dari bawah (bottom up planning), disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi masyarakat lokal, dan yang lebih penting adalah melibatkan seluruh lapisan masyarakat dalam proses perencanaan pembangunan.
    
      Pembangunan harus dikembangkan dengan memperhitungkan kemampuan penduduk agar seluruh penduduk dapat berpartisipasi aktif dalam dinamika pembangunan tersebut. Sebaliknya, pembangunan tersebut baru dikatakan berhasil jika mampu meningkatkan kesejahteraan penduduk dalam arti yang luas.Dan juga keadaan dan kondisi kependudukan yang ada sangat mempengaruhi dinamika pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah. Jumlah penduduk yang besar jika diikuti dengan kualitas penduduk yang memadai akan merupakan pendorong bagi pertumbuhan ekonomi.  

      Sebaliknya jumlah penduduk yang besar jika diikuti dengan tingkat kualitas yang rendah, menjadikan penduduk tersebut sebagai beban bagi pembangunan.Apa yang dapat dipelajari dari krisis ekonomi yang berlangsung saat ini adalah bahwa Indonesia telah mengambil strategi pembangunan ekonomi yang tidak sesuai dengan potensi serta kondisi yang dimiliki. 

      Pembangunan harus dikembangkan dengan memperhitungkan kemampuan penduduk agar seluruh penduduk dapat berpartisipasi aktif dalam dinamika pembangunan tersebut. Sebaliknya, pembangunan tersebut baru dikatakan berhasil jika mampu meningkatkan kesejahteraan penduduk dalam arti yang luas.Dan juga keadaan dan kondisi kependudukan yang ada sangat mempengaruhi dinamika pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah.




  • Daftar Pustaka: Harjito Notopuro, Konsep Filsafat Hukum Pembangunan Nasional, Jakarta P.T Raja Grafindo, 1993
  • www.google.com, nilai falsafah pembangunan masyarakat

Selasa, 16 November 2010

Aspek sosial budaya kesehatan dalam pelayanan kebidanan

Faktor Pendorong dan Pemhambat  Pembangunan


A.Pembangunan kesehatan
       Berdasarkan data SDKI 2002 - 2003, kondisi dan status kesehatan Perempuan Indonesia masih rendah. Hal ini terlihat dari Indikator Angka Kematian Ibu (AKI) Angka Kematian Ibu atau Maternal Mortality Ratio(MMR) di Indonesia untuk periode tahun1998-2002, adalah sebesar 307 per 100.000 kelahiran hidup.. AKI di Indonesia masih berada di posisi tertinggi dibandingkan negara-negara lain di ASEAN. Adapun faktor penyebabnya adalah status kesehatan reproduksi ibu yang buruk, status gizi ibu sebelum dan selama kehamilan yang rendah, kurangnya tingkat pendidikan ibu,dan rendahnya tingkat ekonomi keluarga.
Isu lain adalah rentannya perempuan terhadap Penyakit menular      ( HIV/AIDS) terutama daerah padat penduduk, perbatasan dan daerah wisata karena kurangnya pengetahuan HIV/AIDS dan kurangnya akses pelayanan pencegahan dan Kekerasan Terhadap Perempuan. Masih banyaknya penyakit infeksi dan menular yang disebutkan diatas, menyebabkan beban ganda (double burden)yang ditanggung semakin berat ,karena penyakit degenerative dan life style tergolong tinggi. Revrisond bawsir dkk (1999), dalam bukunya “pembangunan tanpa perasaan”menyebutkan bahwa pelayanan kesehatan kita belum menjangkau seleruh lapisan masyarakat alias tidak merata,diperparah lagi subsidi sector kesehatan malah dinikmati kalangan ‘berpunya’.
   Ironisnya, masyarakat, media massa, politikus bahkan insan kesehatan masih memandang hak kesehatan hanya pada hak untuk memperoleh pelayanan kuratif dirumah sakit  dan puskesmas .Padahal,hak untuk menikmati hidup sehat jauh lebih luas daripada sekedar hak akan pelayanan kuratif.salah satu jaminan dari Negara bahwa segala akses informasi tentang kesehatan dan ketersediannya harus terpenuhi bagi segala lapisan masyarakat.
   Kesehatan perempuan sebagai sebuah investasi merupakan cerminan dari pentingnya SDM yang produktif. Di beberapa Negara maju yang menggunakan konsep sehat produktif, sehat adalah sarana atau alat untuk hidup sehari-hari secara produktif. Upaya kesehatan harus diarahkan untuk dapata membawa setiap penduduk memiliki kesehatan yang cukup agar bisa hidup produktif.
  Selama ini, pemerintah masih memandang sektor kesehatan sebagai sektor konsumtif, kesehatan tidak dilihat sebagai investasi, tetapi hanya dilihat sebagai sector kesejahteraan yang dinilai menjadi beban biaya. Bukti nyatanya adalah alokasi belanja kesehatan pemerintah yang sangat rendah, hanya sekitar 2-3% dari total belanja Negara. Namun ironisnya, pelayanan kesehatan malah menjadi sumber pendapatan pembangunan.
   Disini membuktikan pemerintah menerapkan standar ganda dalam bidang kesehatna. Disatu sisi, belanja kesehatan dianggap beban dan tidak diprioritaskan. Disisi lain, pelayanan kesehatan dijadikan sumber pendapatan. Artinya pembangunan Negara ini disokong dari uang rakyat yang sakit. Sehingga masuk akal bila ada orang usil mengatakan ”bila pemerintah ingin mendapat sumber pendapatan yang besar sebar saja kuman atau virus kepada masyarakat, agar masyarakat menjadi sakit dan kemudian mereka berobat ke rumah sakit pemerintah”.
   Padahal dengan rendahya alokasi belanja kesehatan akan menghasilkan indicator kesehatan yang rendah. Jika dibandingkan dengan Negara ASEAN, Indonesia terendah dalam belanja kesehatan. Dalam laporan kesehatan WHO tahun 1999, Indonesia hanya mengeluarkan 1,8% dari produk domestik brutonya (PDB) untuk belanja kesehatan. Sementara Negara ASEAN lain yang memiliki PDB perkapita lebih tinggi mengeluarkan porsi lebih besar untuk kesehatan. Maka tidak mengherankan bila indicator kesehatan Indonesia, terendah di antara Negara ASEAN, karna kita menanam modal lebih kecil, maka kita mendapat hasil yang sedikit.
   Menurut Thabrany (1999),terdapat lorelasi negative antara status kesehatan dengan pendapatan perkapita di kemudian hari,jika factor lain konstan. Negara-negara yang diawal 70-an memiliki AKB tinggi,tidak memiliki AKB tinggi,tidak memiliki pendapatan perkapita tinggi di tahun 1991lingkungan eksekutif, legisletif, maupun dari masyarakat termasuk swasta. Kunci sukses lainnya di tengah keterbasan sumber daya dalam hal pembiayaandan tenaga adalah memprioritaskan bidang bidang pembangunan kesehatan , seperti kesehatan Ibu dan Anak.
          Kondisi tersebut diatas menunjukan ,kesehatan sebagai salah satu unsur Utama SDM dan sebagai modal tahan lama bagi pembangunan kesehatan Indonesia sama sekali belum dianggap penting oleh para pembuat keputusan. Padahal adagium di lingkungan internasional yang menyebutkan “Health is not everything, but without health, everything is nothing” merupakan cerminan dari urgensitas kesehatan dalam suatu pengembangan masyarakat dan pembangunan secara nasional.maka diharapkan bagi pemerintah untuk memahami keadaan tersebut dan menyusun paradigma yang menyokong Pembangunan dengan meningkatkan kesehatan agar menghasilkan SDM yang berkualitas.
B.PERMASALAHAN UMUM KESEHATAN
          1. Disparitas status kesehatan
Disparitas adalah perbedaan; jarak: ada -- upah yg diterima oleh para pekerja pabrik itu. Di Indonesia yang sungguh kaya luar biasa ini,status Menghalangi pemiliknya untuk mendapatkan hak kesehatan yang layak. , masyarakat, media massa, politikus bahkan insan kesehatan masih memandang hak kesehatan hanya pada hak untuk memperoleh pelayanan kuratif dirumah sakit  dan puskesmas . "Meskipun secara nasional kualitas kesehatan masyarakat telah meningkat namun disparitas antar tingkat sosial ekonomi dan antar wilayah masih cukup tinggi," katanya.
Padahal, hak untuk menikmati hidup sehat jauh lebih luas daripada sekedar hak akan pelayanan kuratif.salah satu jaminan dari Negara bahwa segala akses informasi tentang kesehatan dan ketersediannya harus terpenuhi bagi segala lapisan masyarakat.Belum Dipenuhi oleh Negara.Selama ini Kesehatan Dianggap sebagai barang yang mahal, Kesehatan Di Indonesia hanya untuk kalangan berpunya ‘orang miskin dilarang sakit’disini.tragis, mengingat Kekayaan Indonesia yang luar biasa banyak. Kemana hasil-hasil bumi Indonesia.
Mukhlas,52 th adalah salah satu warga miskin yang telah bertahun-tahun menyimpan hutang kepada rumah sakit Negara karena tidak mempunyai biaya pengobatan,5 th yang lalu dia terjatuh dari pohon kelapa.biaya pengobatan yang semakin hari dirasakan semakin berat membuat sebagian Warga negeri ini menjadi Enggan memperdulikan kesehatannya. Mereka cenderung acuh tak acuh terhadap kesehatan. Padahal buila ditilik kembali kesehatan adalah Pilar Negara untuk memajukan Negara. Kapan Kesehatan akan menjadi barang yang Murah,bahkan gratis.
          2.Beban Ganda penyakit
Bagi masyarakat Indonesia khususnya,penyakit memiliki beban ganda,yang pertama adalah rasa sakit yang diderita dan Uang yang cukup banyak untuk mengatasi masalah penyakit yang dideritanya.hal ini memberikan dampak negative pada Pasien yang bersangkutan,karena keterbatasan Dana,mereka mendapakan keterbatasan Pelayanan kesehatan.
          3.Kinerja Pelayanan yang rendah
JAKARTA - Menteri Koordinator bidang Kesejahteraan Rakyat, Agung Laksono, menilai kinerja pelayanan kesehatan masih rendah terutama di daerah tertinggal, terpencil, perbatasan dan pulau-pulau terluar. "Padahal kinerja kesehatan merupakan salah satu faktor penting dalam upaya peningkatan kualitas kesehatan penduduk," katanya, malam ini. Agung Laksono, menjelaskan hal itu merupakan tantangan pembangunan kesehatan di Indonesia yang memerlukan dukungan semua elemen bangsa.
"Rendahnya kualitas pelayanan kesehatan yang ditandai dengan masih dibawah standarnya kualitas pelayanan sebagian rumah sakit daerah serta keterbatasan tenaga kesehatan juga menjadi tantangan yang harus segera diatasi," katanya. Dikatakan, hingga saat ini jumlah dan distribusi dokter, bidan serta perawat belum merata dimana disparitas rasio dokter umum per 100.000 penduduk antar wilayah masih tinggi."Indonesia mengalami kekurangan pada hampir semua tenaga kesehatan yang diperlukan," katanya.
          4.Perilaku masyarakat yang kurang mendukung hidup Bersih
Dewasa ini sikap masyarakat Indonesia juga sama buruknya dengan system yang mengatur kesehatan.Jika anda berkunjung ke Jakarta missalnya,lihatlah sungai disana kini sungai di Jakarta mengalami perubahan fungsi,fungsi sungai bukan lagi menjadi tata perairan kota tapi tempat sampah umum. Belum lagi ada masyarakat yang MCK di sungai, begitu pula di sebagian wilayah pedesaan Indonesia kesadaraan akan pentingnya kesehatan belum kita temukan di masyarakat kita.
          5.Rendahnya Kondisi kesehatan lingkungan
Rendahnya Pembangunan Ekonomi yang belum merata adalah biang keladi pokok masalah ini.hal tersebut menimbulkan kesenjangan soasial Baik Papan,sandang dan pangan. Pertanyaan mengapa kesehatan lebih banyak dialamai oleh orang tak berpunya,mungkin jawabannya adalah karena lingkungan tempat tinggal yang buruk.
            
Itulah gambaran umum Masalah umum kesehatan di negeri kita tercinta,semuanya Berpangkal pada Ekonomi dan pendidikan.
C.LANGKAH LANGKAH YANG HARUS DITEMPUH
  1. Pembangunan Berwawasan Kesehatan
          A.internal
          1.)memperbaiki kinerja pelayanan kesehatan
          Seiring berkembangnya Pengetahuan dan kebutuhan masyarakat tentang arti kesehatan,maka para pelaku kesehatan dituntut untuk memberikan pelayanan kesehatan yang lebih baik,oleh karena itu semua pihak yang bekerja dalam kesehatan disarankan untuk meningkatkan kualitas dan kuantitasnya, baik dengan pendidikan normal, pendidikan informal, seminar seminar kesehatan. Dan selalu mengakses informasi ter-update.langkah langkah ini diharapkan bisa memajukan kesehatan Indonesia.
2.)mengelola masyarakat
          Pembangunan Diarahkan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat tujuannya adalah Mengubah perilaku masyarakat. Diselenggarakan dengan dasar-dasar perikemanusiaan, pemberdayaan dan kemandirian, adil dan merata dikarenakan Masyarakat sebagai penentu kesehatannya sendiri . Memperhatikan dinamika kependudukan, epidemiolog, ekologi, kemajuan iptek, serta globalisasi dan demokratisasi  hal ini Berurusan dengan pengaruh dari sektor lain.
B.Eksternal
1.) diluar system kesehatan
            Banyaknya factor lambatnya pembangunan kesehatan di Indonesia, perlu  segera di atasi.faktor dari luar pelaku kesehatan adalah para pasien ataupun sasaran kesehatan yaitu masyarakat.dilihat dari segi perekonomian Indonesia saja telah dapat dilihat kesenjangan yang terjadi,di harapkan Departemen kesehatan, masyarakat, dan para pelaku kesehatan lebih peduli juga terhadap masalah masalah ini.kebiasaan masyarakat miskin yang cenderung jorok, bukan tanpa alasan, adalah karena kesterbatasan mereka,sementara sikap acuh mereka disebakan oleh minimnya pengertahuan masyarakat tentang kesehatan.Pelaku kesehatan di harapkan mengadakan penyuluhan-penyuluhan,serta pemberdayaan masyarakat, bukan hanya di kota, tapi terlebih didesa desa pedalaman.
2.)Determinan kesehatan
          Untuk merealisasikan tujuan-tujuan diatas tersebut perlu ditingkatkan sector social ekonomi, budaya positif dan lingkungan yang sehat.Perilaku gaya hidup dipengaruhi oleh :
·        Pendidikan
·        Pertanian
·        Industry pangan
·        Lingkungan kerja
·        Pekerjaan
·        Air besih dan sanitasi
·        Serta pelayanan kesehatan perumahan
Semua itu perlu ditingkatkan guna kemajuan dan peningkatan pembangunan kesehatan.namun hal yang terpenting  untuk meningkatkan kesehatan SDM Indonesia adalah factor genetic dan kondisi awal kehidupannya.yang bersangkutan dengan Ibu hamil,masa kehamilan dan kelahiran.peningkatan dalam hal ini sangatlah penting untuk di perhatikan oleh semua masyarakat Indonesia.


Daftar Pustaka : www.google.com

Aspek sosial budaya kesehatan dalam pelayanan kebidanan

Hubungan Aspek sosial budaya Terhadap Pembangunan Kesehatan


Perngertian  kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan,jiwa, dan sosial yang mungkin setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis . pemeliharaan kesehatan adalah upaya penanggulangan dan pencegahan gangguan kesehatan yang memerlukan pemeriksaan , pengobatan, atau perawatan termasuk kehamilan dan persalinan.
 
Data terakhir menunjukan bahwa saat ini lebih dari 80 persen rakyat indonesia tidak mampu mendapat jaminan kesehatan dari lembaga atau perusahaan di bidang pemeliharaan kesehatan seperti: askes,taspen,dan jamsostek. Golongan masyarakat yang dianggap teranaktirikan dalam hal jaminan kesehatan adalah mereka dari golongan masyarakat kecil dan pedagang. dalam hubungan kesehatan berhubungan dalam manajemen pelayanan kesehatan tidak saja terkait beberapa kelompok manusia, tetapi sifat yang khusus dari pelayanan kesehatan itu sendiri.

  • Konsep sehat dan sakit menurut budaya masyarakat
konsep sehat dan sakit sesungguhnya tidak terlalu mutlak dan universal karena ada faktor-faktor lain di luar kenyataan klinis uyang mempengaruhinya terutama faktpr sosial budaya.kedua pengertian saling mempengaruhi dan pengertian yang satu hanya dapat di pahami dalam konteks pengertian yang lain.
             
definisi sakit : seseorang di katakan akit apabila ia menderita penyakit nenahu(kronis)atau gangguan kesehatan lain yang menyebabkan aktivitas/kegiatan terganggu.walaupun seseorang sakit(istilah sehari-hari)seperti masuk angin,pilek,tetapi tidak terganggu untuk melaksanakan kegiatannya,maka ia dianggap tidak sakit.
 


  • Peran seorang bidan
Menjadi seorang bidan bukanlah hal yang mudah. seorang bidan harus siap fisik maupun mental, karena tugas seorang bidan sangatlah berat. Di Indonesia ini jumlah bidan memang sedikit , tetapi untuk pelosok daerah masih banyak masyarakat yang belum paham akan arti dari bidan . Bidang yang siap mengabdi di kawasan pedesaan artinya  ia juga harus siap dengan konsekuensi yang akan terjadi. Tidak mudah mengubah pola pikir ataupun kebiasaan masyarakat. Apalagi masalah proses persalinan.


  • Upaya Pemerintah Dalam Pembangunan Kesehatan
Untuk mencapai sasarabn millenium development goals(MDGs) yaitu angka kematian ibu(AKI) sebesar  102 per 100.000 kelahiran hidup (KH) dan angka kematian bayi (AKB)menjadi 23 per 1.000 KH pada tahun 2015,perlu upaya percepatan yang lebih besar dan kerja keras karena kondisi saat ini,AKI 307 per 100.00 KH dan AKB 34 per 1.000 KH. hal ini sambutan menkes yang di bacakan sekretaris jenderal kementrian kesehatan dr.ratna rosita hendardji,MPH dalam kampanye program  perencanaan persalinan pencegahan komplikasi(P4K) dan pengunaan buku KIA,bekerja sama dengan solidaritas istri kabinet bersatu(SIKIB),di jakarta (3/2/2010).


 Daftar pustaka : www.google.com

Sabtu, 13 November 2010

Aspek sosial budaya kesehatan dalam pelayanan kebidanan

Tujuan pembangunan masyarakat dalam bidang kesehatan


 Pembangunan kesehatan masyarakat desa Adalah rangkaian kegiatan masyarakat yang di lakukuan berdasarkan gotong-royong.swadaya masyarakat dalam rangka menolong mereka sendiri untuk mengenal dan memecahkan masalah atau kebutuhan yang di rasakan masyarakat.

  baik dalam bidang kesehatan maupun dalam bidang yang berkaitan dengan kesehatan agar mampu memelihara kehidupannya yang sehat dalam rangka meningkatkan mutu hidupan dan kesejahteraan masyarakat.
                     
PKMD adalah pelayanan kesehatan yang pelaksanaan nya didasarkan melalui sistem pelayanan puskesmas,dimana dalam mengembangkan kegiatan-kegiatan kesehatan oleh lembaga ini di ikut sertakan anggota-anggota masyarakat di pedusunan melalui segala pengarahan.untuk menimbulkan kesadaran secara aktif di dalam ikut membantu memecahkan dan memecahkan dan membangun usaha-usaha kesehatan didesanya(Dirjen Binkesmas DepkesRI,1976)



  • daftar pustaka :http://blogger.com/post-create.g?blogID=5560067513688093277

Aspek sosial budaya kesehatan dalam pelayanan kebidanan

Aspek sosial budaya yang berhubungan dengan kesehatan ibu


Permasalahan utama yang saat ini masih dihadapi berkaitan dengan kesehatan ibu di Indonesia adalah masih tingginya angka kematian ibu yang berhubungan dengan persalinan. Menghadapi masalah ini maka pada bulan Mei 1988 dicanangkan program Safe Motherhood yang mempunyai prioritas pada peningkatan pelayanan kesehatan wanita terutama paada masa kehamilan, persalinan dan pasca persalinan.
                          
 Perawatan kehamilan merupakan salah satu faktor yang amat perlu diperhatikan untuk mencegah terjadinya komplikasi dan kematian ketikapersalinan, disamping itu juga untuk menjaga pertumbuhan dan kesehatan janin. Memahami perilaku perawatan kehamilan adalah penting untuk mengetahui dampak kesehatan bayi dan si ibu sendiri. Pacta berbagai kalangan masyarakat di Indonesia, masih banyak ibu-ibu yang menganggap kehamilan sebagai hal yang biasa, alamiah dan kodrati. Mereka merasa tidak perlu memeriksakan dirinya secara rutin ke bidan ataupun dokter.

Masih banyaknya ibu-ibu yang kurang menyadari pentingnya pemeriksaan kehamilan menyebabkan tidak terdeteksinya faktor-faktor resiko tinggi yang mungkin dialami oleh mereka. Resiko ini baru diketahui pada saat persalinan yang sering kali karena kasusnya sudah terlambat dapat membawa akibat fatal yaitu kematian. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh rendahnya tingkat pendidikan dan kurangnya informasi. Pada penelitian yang dilakukan yang dilakukan di RS Hasan Sadikin, Bandung, dan 132 ibu yang meninggal, 69 diantaranya tidak pernah memeriksakan kehamilannya atau baru datang pertama kali pada kehamilan 7 -9 bulan (Wibowo, 1993). Selain dari kurangnya pengetahuan akan pentingnya perawatan kehamilan, permasalahan-permasalahan pada kehamilan dan persalinan dipengaruhi juga oleh faktor nikah pada usia muda yang masih banyak dijumpai di daerah pedesaan. Disamping itu, dengan masih adanya preferensi terhadap jenis kelamin anak khususnya pada beberapa suku, yang menyebabkan istri mengalami kehamilan yang berturut-turut dalam jangka waktu yang relatif pendek, menyebabkan ibu mempunyai resiko tinggi pacta saat melahirkan.

Permasalahan lain yang cukup besar pengaruhnya pada kehamilan adalah masalah gizi. Hal ini disebabkan karena adanya kepercayaan-kepercayaan dan pantangan- pantangan terhadap beberapa makanan. Sementara, kegiatan mereka sehari-hari tidak berkurang ditambah lagi dengan pantangan-pantangan terhadap beberapa makanan yang sebenamya sangat dibutuhkan oleh wanita hamil tentunya akan berdampak negatif terhadap kesehatan ibu dan janin. Tidak heran kalau anemia dan kurang gizi pada wanita hamil cukup tinggi terutama di daerah pedesaan. Dari data SKRT 1986 terlihat bahwa prevalensi anemia pada wanita hamil di Indonesia sebesar 73,7%, dan angka menurun dengan adanya program-program perbaikan gizi menjadi 33% pada tahun 1995. Dikatakan pula bahwa penyebab utama dari tingginya angka anemia pada wanita hamil disebabkan karena kurangnya zat gizi yang dibutuhkan untuk pembentukan darah.

Di Jawa Tengah, ada kepercayaan bahwa ibu hamil pantang makan telur karena akan mempersulit persalinan dan pantang makan daging karena akan menyebabkan perdarahan yang banyak. Sementara di salah satu daerah di Jawa Barat, ibu yang kehamilannya memasuki 8-9 bulan sengaja harus mengurangi makannya agar  bayi yang dikandungnya kecil dan mudah dilahirkan. Di masyarakat Betawi berlaku pantangan makan ikan asin, ikan laut, udang dan kepiting karena dapat menyebabkan ASI menjadi asin. Contoh lain di daerah Subang, ibu hamil pantang makan dengan menggunakan piring yang besar karena khawatir bayinya akan besar sehingga akan mempersulit persalinan. Dan memang, selain ibunya kurang gizi, berat badan bayi yang dilahirkan juga rendah. Tentunya hal ini sangat mempengaruhi daya tahan dan kesehatan si bayi. Selain itu, larangan untuk memakan buah-buahan seperti pisang, nenas, ketimun dan lain-lain bagi wanita hamil juga masih dianut oleh beberapa kalangan masyarakat terutama masyarakat di daerah pedesaan. (Wibowo, 1993).

Memasuki masa persalinan merupakan suatu periode yang kritis bagi para ibu hamil karena segala kemungkinan dapat terjadi sebelum berakhir dengan selamat atau dengan kematian. Sejumlah faktor memandirikan peranan dalam proses ini, mulai dari ada tidaknya faktor resiko kesehatan ibu, pemilihan penolong persalinan, keterjangkauan dan ketersediaan pelayanan kesehatan, kemampuan penolong persalinan sampai sikap keluarga dalam menghadapi keadaan gawat.

Di daerah pedesaan, kebanyakan ibu hamil masih mempercayai dukun beranak untuk menolong persalinan yang biasanya dilakukan di rumah. Data Survei Kesehatan Rumah Tangga tahun 1992 rnenunjukkan bahwa 65% persalinan ditolong oleh dukun beranak. Beberapa penelitian yang pernah dilakukan mengungkapkan bahwa masih terdapat praktek-praktek persalinan oleh dukun yang dapat membahayakan si ibu. Penelitian Iskandar dkk (1996) menunjukkan beberapa tindakan/praktek yang membawa resiko infeksi seperti "ngolesi" (membasahi vagina dengan rninyak kelapa untuk memperlancar persalinan), "kodok" (memasukkan tangan ke dalam vagina dan uterus untuk rnengeluarkan placenta) atau "nyanda" (setelah persalinan, ibu duduk dengan posisi bersandardan kaki diluruskan ke depan selama berjam-jam yang dapat menyebabkan perdarahan dan pembengkakan).

Pemilihan dukun beranak sebagai penolong persalinan pada dasarnya disebabkan karena beberapa alasan antara lain dikenal secara dekat, biaya murah, mengerti dan dapat membantu dalam upacara adat yang berkaitan dengan kelahiran anak serta merawat ibu dan bayi sampai 40 hari. Disamping itu juga masih adanya keterbatasan jangkauan pelayanan kesehatan yang ada.

Walaupun sudah banyak dukun beranak yang dilatih, namun praktek-praktek tradisional tertentu rnasih dilakukan. lnteraksi antara kondisi kesehatan ibu hamil dengan kemampuan penolong persalinan sangat menentukan hasil persalinan yaitu kematian atau bertahan hidup. Secara medis,penyebab klasik kematian ibu akibat melahirkan adalah perdarahan, infeksi dan eklamsia (keracunan kehamilan). Kondisi-kondisi tersebut bila tidak ditangani secara tepat dan profesional dapat berakibat fatal bagi ibu dalam proses persalinan. Namun, kefatalan ini sering terjadi tidak hanya karena penanganan yang kurang baik tepat tetapi juga karena ada faktor keterlambatan pengambilan keputusan dalam keluarga. Umumnya, terutama di daerah pedesaan, keputusan terhadap perawatan medis apa yang akan dipilih harus dengan persetujuan kerabat yang lebih tua; atau keputusan berada di tangan suami yang seringkali menjadi panik melihat keadaan krisis yang terjadi.


daftar pustaka :www.google.com
kesehatan ibu

cara pendekatan sosial budaya dalam praktek kebidanan.

Cara pendekatan melalui agama




kebudayaan yaitu : sebagai sebuah pedoman bagi kehidupan masyarakat yang di yakini kebenarannyakonsep mengenai kebudayaan bila dilihat dengan kacamata agama,maka agama diperlukan sebagai oleh para warga tersebut.agama dilihat dan di perlukan sebagai pengetahuan dan keyakinan yang kudus dan sakral yang dapat di bedakan dari pengetahuan dan keyakinan sakral dan yang profan yang menjadi ciri dari kebudayaan.
        

pada waktu kita melihat dan memperlakukan agama sebagai kebudayaan maka yang kita lihat adalah agama sebagai keyakinan yang hidup yang aa dalam masyarakat manusia,dan bukan agama yang ada dalam teks suci,yaitu dalam kitab suci al-quran dan hadits nabi.



  • Di usahakan para bidan bisa memberitahukan kepada para ibu agar senantiasa berdoa kepada yang maha kuasa agar di beri kelancaran dalam proses persalinan nya.

daftar pustaka :www.google.com

Aspek sosial budaya kesehatan dalam pelayanan kebidanan

Aspek sosial yang berhubungan denagan kesehatan anak


Seorang anak menderita suatu penyakit kronis atau sekedar mengunjungi dokter untuk memeriksakan diri,sebaiknya anda sebagai orang tua,memastikan bahwa ia mengerti apa yang sedang/akan di hadapi nya.anak-anak yang paham tentang apa yang akan mereka hadapi di kamar periksa dokter.akan lebih mematuhi petunjuk   medis dan menunjukan respon yang lebih baik .

Mengenali penyakit  CROUP pada anak 
 

Croup di tandai oleh batuk yang keras,mirip suara menyelak,susah bernafas dan bunyi dengkur atau wheezing(bunyi nafas serangan asma)saat bernafas. pada mula nya si anak menderita infeksi saluran nafas atas,beberapa harinya timbul batuk.

Manfaat tidur untuk anak

Banyak anak berusia 5-12 tahun tidur sekitar 8-10 jam pada malam hari, walaupun beberapa anak mungkin membutuhkan waktu yang lebih banyak atau lebih sedikit. tidur adalah harapan yang besar dan penting untuk di peroleh,sekali pun anak anda tidak merasa lelah.